Saat hari Raya Idul Fitri, salah satu tradisi yang banyak dilakukan turun-menurun adalah pemberian “salam tempel” atau THR untuk anak-anak yang masih kecil. Biasanya, ketika berkumpul keluarga, para Tante, Om, Eyang, dan kerabat akan memberikan sebuah amplop berisikan lembaran uang (uang baru) untuk anak-anak.
Tradisi ini sebetulnya tak hanya ada di agama Islam saja. Misalnya, ketika Tahun Baru Imlek, anak-anak keturunan Tionghoa akan diberikan angpao untuk kemudian dibelanjakan barang-barang yang mereka inginkan.
Saya sendiri pun amat merasakan bahagianya menerima uang THR untuk anak saat lebaran ini. Bahkan hingga usia SMA, masih ada Eyang, Tante, dan Om yang memberikan sejumlah uang untuk saya. Apalagi, keluarga saya termasuk keluarga yang besar, sehingga uang yang saya terima cukup banyak dengan lebih banyaknya keluarga kami bersilaturahim ke tempat saudara-saudara.
Salam tempel tidak semerta-merta sebuah kewajiban dalam lebaran, lebih dari itu salam tempel memiliki makna filosofis yang terkandung. Karena banyaknya anak yang telah dididik untuk berpuasa sejak dini, maka salam tempel berguna sebagai penghargaan (reward) bagi anak-anak kecil yang sudah ikut dalam proses berpuasa.
Kemudian salam tempel dijadikan ajang untuk bersedekah dengan menyisihkan uang kita kepada yang lain. Dengan hal tersebut, diharapkan penerima salam tempel mendoakan kebajikan pada yang memberi. Terakhir, salam tempel juga dilakukan untuk memberi kesenangan pada orang lain.
Mental Peminta-Minta Karena Salam Tempel?
Apakah memberikan anak salam tempel di hari Raya, berisiko untuk menjadikan anak memiliki mental peminta-minta.
Disayangkan, ada beberapa orang tua yang tak begitu memperhatikan pendidikan untuk anaknya sendiri, sehingga anak dimotivasi untuk mendapatkan uang selama bersilaturahim, alih-alih berinteraksi dengan keluarga.
Hasilnya, ketika menyalami Om dan Tante dan para saudara, bukan keinginan untuk bersilaturahim yang muncul, melainkan keinginan untuk segera mendapatkan sejumlah uang. Ujung-ujungnya, jika ini dibiarkan terus hingga dewasa, bisa-bisa muncul mental peminta-minta dalam diri anak.
Tentu setiap orang tua tak ingin anaknya memiliki mental peminta-minta. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang sebetulnya bisa dilakukan demi mendidik anak agar tak memiliki mental seperti ini ketika dewasa nanti, antara lain:
1. Budayakan Untuk Tidak Meminta
Ajarkan anak untuk tidak meminta salam tempel. Jika diberikan, maka ajarkan anak untuk berterima kasih, namun jika tak diberikan, jangan sampai terucap permintaan dari mulut anak. Belum tentu setiap orang memiliki budget untuk dibagi-bagikan pada anak-anak, bisa jadi ada kerabat yang memang sedang mengalami krisis ekonomi, dan tentunya akan sangat sedih ketika diminta namun tak dapat memberikan.
2. Ajak Anak Berinteraksi dengan Saudara-Sepupu
Ketika hari Raya Idul Fitri tiba, ajarkan anak untuk berinteraksi dengan saudara-sepupunya, terutama yang seumuran. Dengan begitu, akan tumbul rasa persaudaraan dalam diri anak, sehingga ketika Lebaran tiba, yang ia tunggu-tunggu tak hanya kantong yang bertambah tebal, namun juga pertemuan yang menyenangkan dengan saudara-saudaranya.
3. Mendidik Anak Untuk Memberi
Agar tak timbul mental peminta-minta, sebagai orang tua Anda bisa juga mendidik anak justru untuk memberi. Tangan di atas tentu lebih baik dari tangan di bawah. Di sekitar rumah penulis, ketika Lebaran, biasanya akan ada segerombolan anak-anak yang datang ke rumah dan meminta salam tempel. Jika ini juga terjadi di rumah Anda, cobalah minta tolong pada anak untuk memberikan lembaran uang ke anak-anak tersebut. Dengan begitu, ketika dewasa kelak ia juga paham bahagianya memberi daripada meminta.
4. Jangan Iming-Imingi dengan Uang
Terkadang, ada juga orang tua yang luput menjaga omongan, “Yuk pergi ke rumah Tante ini, nanti dikasih salam tempel banyak, lho..”.Tentu jika sampai ini terucap, maka anak akan menurut diajak bersilaturahim hanya demi salam tempel. Sebaliknya, cobalah mengajak dengan lebih mendidik, misalnya mengajak dengan tujuan menjalin silaturahim dengan tulus, seperti, “Yuk ke rumah Tante ini, kamu sudah lama kan nggak ketemu?”
5. Hindari Budaya Konsumtif
Ketika pada akhirnya anak telah mendapatkan sejumlah uang dari para kerabat, jangan lupa untuk mendidiknya agar tidak konsumtif membelanjakan seluruh uangnya. Dari sini, Anda sebagai orang tua sangat bisa memberikan arahan untuk mengelola keuangan dengan baik, sehingga ketika ia tumbuh dewasa, ia lebih pandai mengatur keuangannya.
Demikianlah kiat-kiat agar anak tak bermental peminta-minta saat Lebaran tiba. Tentu mendapatkan salam tempel akan membahagiakan anak, namun alangkah lebih baiknya jika anak dididik untuk tak menjadi peminta-minta sehingga tak tumbuh dengan mental seperti itu hingga ia dewasa.
Penulis : Nadira Aliya