fajarbengkulu, Lebong – Dilaksakanakan di Desa Bungin Kecamatan Bingin Kuning atau lokasi tepatnya di Benei Libea (Pasir Lebar, red) Rabu (20/10) dilaksanakan Keduarai Apem, yaitu agenda tahunan dari bebereapa kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Lebong melalui Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga serta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lebong.
Bupati Lebong melalui Staff Ahli bagian Pembangunan Dalmuji Suranto saat diwawancarai wartawan menjelaskan kegiatan ini adalah representasi dari masyarakat sekitar Benei Libea yang mendukung kegiatan kedurai apem ini, kendati hanya beberapa desa yang aktif dan mendukung event tahunan ini.
“Dari penjelasan panitia ada 4 desa yang ikut andil diantaranya Pungguk Pedaro, Bingin Kuning, Karang Dapo Dan Semelako, yang jelas kita tidak usah mengkotak-kotakan yang jelas ini adalah apresiasi dari semua masyarakat Lebong,” terang Dalmuji.
Nedi Aryanto sebagai Ketua BMA (Badan Musyawarah Adat) mengapresiasi kegiatan karena event seperti ini merupakan momentum untuk generasi muda meneruskan tonggak sejarah, karena merekalah yang akan mengisi sejarah dimasa depan.
“Generasi muda agar dapat bersiap-siap dalam estafet untuk regenerasi dalam kegiatan-kegiatan adat seperti ini,” pungkasnya
Amron sebagai Ketua Pelaksana bersyukur atas terlaksananya acara adat ini, semoga ditahun berikutnya dapat lebih meriah serta desa-desa sekitar dapat lebih bekerjasama. Untuk pendanaan panitia menjelaskan apabila mereka mendapatkannya dari usambangan-sumbangan yang diberikan SKPD dan adapula sumbangan dari Balai Padang.
“Untuk dana pelaksanaan kita dapat dari sumbangan SKPD dan dari Balai Padang,” demikian Amron
Untuk diketahui, Kedurai Apem adalah ritual adat yang dipercaya untuk mengenang tenggelamnya Desa Trasmambang, asal dari nenek moyang masyarakat dari beberapa desa, yang biasanya yakni, Desa Semelako, Bungin, Pungguk Pedaro Dan Karang Dapo. berjumlah 44 buah apem, dengan rincian 4 apem bear (lai) dan 40 apem kecil (titik) yang masak (kemsok) adalah warga Semelako sebagai daerah desa tertua (sadei tuai).
Warga lima desa tersebut membawa kue apem yang dimasak dari rumah, kemudian dikumpulkan dilokasi tepatnya di bawah pohon beringin kuning di daerah pasir lebar atau lebih dikenal daerah Sabo di Desa Bungin,Kecamatan Bingin Kuning,Kabupaten Lebong, kemudian dilakukan semacam ritual terhadap kue apem tersebut, setelah kuenya diritul oleh juru kunci kue tersebut kembali direbut oleh masyarakat kemudian melakukan aksi lempar-lemparan dengan kue apem tersebut. (RD)