fajarbengkulu, – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Lebong Menggelar Focus Group Discussion (FGD) di Aula RSUD, Selasa (18/11/2025). Forum ini tidak sekadar menjadi ajang seremonial, melainkan menjadi “meja operasi” bagi manajemen untuk membedah segala hambatan pelayanan.
FGD tersebut membahas sejumlah kendala, mulai dari sistem pelayanan BPJS, penanganan pasien di Unit Gawat Darurat (UGD), hingga persoalan mendasar terkait ketersediaan air bersih di lingkungan rumah sakit.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Lebong, dr. Eni Efriyani, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk keterbukaan dan keseriusan manajemen rumah sakit dalam melakukan pembenahan menyeluruh (self-improvement). Dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, RSUD Lebong menargetkan terwujudnya layanan kesehatan yang berkualitas dengan prinsip zero complaint atau tanpa keluhan dari masyarakat.
Salah satu hasil penting dari FGD tersebut adalah diperolehnya solusi konkret terkait permasalahan air bersih yang selama ini menjadi keluhan utama pasien dan masyarakat.
“Melalui FGD ini, kami mendapatkan dukungan penuh dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Mereka siap membantu pemenuhan kebutuhan air bersih di RSUD Lebong. Ini tentu menjadi kabar baik, karena persoalan air merupakan keluhan paling menonjol selama ini,” jelas dr. Eni .

Komitmen PDAM tersebut dinilai sebagai bukti nyata pentingnya sinergi antarinstansi dalam menunjang operasional rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan publik yang vital.
Lebih lanjut, dr. Eni menekankan bahwa manajemen RSUD Lebong kini mengubah pola pendekatan, dari menunggu keluhan menjadi aktif menjemput aspirasi masyarakat. FGD dirancang sebagai ruang terbuka untuk menerima masukan, kritik, maupun evaluasi langsung dari pasien, tenaga kesehatan, serta tokoh masyarakat.
“Setiap saran dan keluhan yang disampaikan hari ini menjadi bahan evaluasi kami. Kami memetakan aspek-aspek yang membutuhkan perbaikan mendesak, seperti efektivitas layanan BPJS dan kecepatan respons di UGD. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kepuasan pasien sekaligus membangun kembali kepercayaan publik,” tegasnya.
Keseriusan RSUD Lebong dalam berbenah tercermin dari kehadiran berbagai unsur dalam diskusi tersebut. FGD melibatkan unsur pentahelix, di antaranya Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Satpol PP, Direktur PDAM, Kapolsek Lebong Tengah, Camat Lebong Sakti, Babinsa, perwakilan Organisasi Masyarakat Muhammadiyah, serta sejumlah kepala desa di wilayah sekitar RSUD.
Kehadiran para pemangku kepentingan ini diharapkan mampu memperkuat kolaborasi antara rumah sakit, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam menciptakan inovasi pelayanan kesehatan yang responsif, profesional, dan berorientasi pada kebutuhan pasien.
Dengan strategi “jemput masalah” melalui FGD serta dukungan nyata dari para stakeholder, RSUD Lebong optimistis mampu bertransformasi menuju pelayanan kesehatan berpredikat paripurna, sekaligus menjadi rumah sakit kebanggaan masyarakat Lebong di masa mendatang.(Act)













