Menyiasati Mahalnya Tagihan Listrik Dengan Panel Surya

Jumat, 22 Januari 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Fajarbengkulu – Selama ini, listrik yang kita gunakan sehari-hari berasal dari energi fosil seperti batu bara. Namun, perlu diingat bahwa batu bara jumlahnya terbatas dan bisa habis kapan pun. Selain itu, penggunaan bahan bakar fosil juga merupakan penyebab utama dari pemanasan global. Sudah selayaknya kita mempertimbangkan memakai sumber energi lain.

Mahalnya harga panel surya masih menjadi salah satu alasan utama banyak orang enggan untuk menggunakan sumber listrik ramah lingkungan itu.

Dikutip dari kompas,  pemerintah melalui Kementerian ESDM kerap kali menyatakan bahwa pemasangan panel surya merupakan sebuah investasi untuk masa depan.  Dengan adanya sistem on-grid dengan sistem kelistrikan PT PLN (Persero) dan kebijakan jual beli listrik ke perusahaan pelat merah itu maka dalan kurun beberapa tahun setelah pemasangan, pengguna panel surya bisa balik modal.

Salah seorang pengguna panel surya, Herry Trianto, menceritakan, dirinya akan mendapatkan break even point (BEP) dari biaya pemasangan sistem kelistrikan energi baru terbarukan (EBT) itu hanya dalam kurun waktu 7,6 tahun.

Hery menjelaskan, sejak Agustus 2020, ia mulai menggunakan panel surya berkapasitas 4,1 kWp, seharga Rp 53 juta ditambah biaya penukaran meteran PLN ke meteran sistem on-grid seharga Rp 1,9 juta. “Habis sekitar Rp 55 juta untuk pemasangan,” kata Hery kepada Kompas.com, Selasa (19/1/2021).

Melalui panel surya berkapasitas 4,1 kWp itu, setiap bulannya Hery mampu memproduksi listrik sebesar 450 kWh.

Dengan kapasitas produksi tersebut, tagihan listrik Hery pun langsung menurun setiap bulannya. Sebelum memasang panel surya, rata-rata tagihan listrik setiap bulan mencapai Rp 1 juta. Namun, kini Ia hanya perlu membayar sekitar Rp 400.000 per bulan.

Artinya, setiap bulan Hery menghemat tagihan Rp 600.000 atau sekitar 60 persen. “Tagihan saya rata-rata Rp 1 juta. Sekarang saya ini per bulan tinggal bayar Rp 400.000-an,” kata Hery. Dengan rata-rata penghematan sebesar Rp 600.000, hanya butuh waktu sekitar 7,6 tahun untuk Hery mendapatkan BEP. (Kompas/red)

 

Baca Juga

Lolos CPNS, BKN Himbau Siapkan Dana Darurat
Guru Supriyani Akan Diangkat PPPK Afirmasi, DPR RI : Harus Dapat Perlindungan Hukum
Keluarga Pejabat Mendapat Fasilitas Perusahaan, KPK Minta Lapor LHKPN
Tanggapan Gerindra Saat Mengetahui NasDem Mengusung Anies di Pilgub Jakarta 2024
Alasan Diskriminasi, Jurusan IPA, IPS, Bahasa Jenjang SMA Ditiadakan
Bukan Hanya Urusan Halal, MUI Juga Lirik Besarnya Penghasilan Youtuber Indonesia
Duduki Klasemen Grup A AFF U19, Setelah Tundukkan Filipina 6-0
SPBE Terbaik Se-Sumatera, Kopli Ansori Terima Penghargaan dari Presiden Joko Widodo

Baca Juga

Rabu, 30 Oktober 2024 - 06:52 WIB

Lolos CPNS, BKN Himbau Siapkan Dana Darurat

Senin, 28 Oktober 2024 - 18:26 WIB

Guru Supriyani Akan Diangkat PPPK Afirmasi, DPR RI : Harus Dapat Perlindungan Hukum

Jumat, 30 Agustus 2024 - 16:11 WIB

Keluarga Pejabat Mendapat Fasilitas Perusahaan, KPK Minta Lapor LHKPN

Selasa, 23 Juli 2024 - 06:45 WIB

Tanggapan Gerindra Saat Mengetahui NasDem Mengusung Anies di Pilgub Jakarta 2024

Sabtu, 20 Juli 2024 - 08:53 WIB

Alasan Diskriminasi, Jurusan IPA, IPS, Bahasa Jenjang SMA Ditiadakan

Berita Terbaru